BANDUNG – Memasuki tahun 2026, Museum Geologi Bandung bersiap menjalani transformasi besar untuk membuat program kegeologian menjadi lebih modern dan inklusif. Tak lagi sekadar tempat memajang fosil, museum ini dirancang menjadi pusat gaya hidup edukasi yang relevan bagi generasi zaman sekarang.
Salah satu fokus utama pada 2026 adalah revitalisasi fisik Auditorium Museum Geologi. Ruang auditorium akan dipugar untuk meningkatkan kapasitas dan kualitasnya sehingga bisa berfungsi sebagai lokasi serbaguna dari seminar internasional dan pemutaran film dokumenter, hingga kegiatan komunitas berskala lebih besar.
“Museum itu harus hidup, tidak boleh kaku. Tahun depan (2026), kita perbaiki auditoriumnya supaya lebih megah dan nyaman. Kita ingin orang datang ke museum bukan cuma lihat batu, tapi bisa diskusi, nonton film, dan bikin acara kreatif di sana,” ujar Kepala Museum Geologi Isnu Hajar Sulistyawan di Bandung, Senin (29/12).
Inovasi program, sambung Isnu, menjadi kunci transformasi. Program unggulan bertajuk ‘Day Night at The Museum’ akan dijalankan rutin sebagai kegiatan dasar. Konsep ini memecah batas jam kunjungan konvensional dan mengajak pengunjung merasakan pengalaman museum pada malam hari, yaitu belajar sejarah bumi dalam suasana yang berbeda dan lebih seru.
Selain wisata malam, digitalisasi layanan terus dipercepat. Museum menyiapkan Virtual Tour dan pemanduan langsung (live guiding) interaktif untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Program rutin seperti “Merdolu Sekt Museum Geologi” dan sesi “Collection Talk” juga diprogramkan untuk menghadirkan pembahasan koleksi secara santai namun mendalam.
Museum Geologi memosisikan diri sebagai laboratorium raksasa yang mendukung kurikulum nasional, menyediakan materi pembelajaran yang bisa diakses langsung maupun virtual oleh siswa di seluruh Indonesia.
“Museum Geologi ke depan harus jadi ikon pariwisata edukasi. Fasilitas kita perbaiki, program kita bikin asik. Jadi edukasi jalan, hiburan dapat, dan sejarah tetap lestari,” tutup Isnu. (RD)
Sumber : Esdm.go.id