TAPANULI SELATAN – Warga Desa Garoga, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, yang terdampak musibah banjir bandang pada tanggal 25 November 2025 menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih yang mendalam atas respons cepat serta bantuan tenda dan logistik yang disalurkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.
Banjir bandang tersebut telah meluluhlantakkan hampir seluruh wilayah Desa Garoga hingga hancur total. Akibatnya, warga terpaksa mengungsi di berbagai lokasi yang tersebar dan belum terpusat di satu titik. Saat ini, kendala utama yang sangat dirasakan oleh para pengungsi adalah ketiadaan tempat tinggal yang layak.
Kepala Desa (Kades) Garoga Isman Rambe mengungkapkan bahwa pada saat kunjungan Menteri ESDM sebelumnya, ada tiga hal utama yang disampaikan, yaitu permintaan listrik, tenda, dan masalah pekerjaan.
“Alhamdulillah janjinya telah ditepati. Untuk saat ini sudah kami terima Pak Menteri, terima kasih banyak atas bantuannya ya, dan untuk listrik juga sekarang sudah masuk,” ujar Isman Rambe ditemui di lokasi pengungsian, Senin (15/12).
Isman menegaskan bahwa tenda sangat dibutuhkan karena masyarakat pengungsi sudah resah dan butuh tempat tinggal sementara yang layak. Beliau juga menyebutkan bahwa selain tenda, kebutuhan mendesak lainnya adalah hal-hal rumah tangga atau perlengkapan dapur seperti tabung gas, kompor gas, kuali, dan alat-alat memasak.
Senada dengan Kepala Desa, seorang warga Desa Garoga Abdul yang sehari-hari bekerja sebagai petani, mengucapkan terima kasih atas bantuan tenda tersebut.
“Kami atas nama masyarakat yang terkena bencana alam, kami ucapkan terima kasih atas bantuan Pak Menteri ESDM, atas bantuan tendanya yang kami harapkan untuk hunian sementara, kami sangat membutuhkannya di sini. Kami ucapkan terima kasih kepada Pak Menteri,” tuturnya.
Warga lain, Rosmawati Pandiangan, yang rumahnya runtuh total, juga menyampaikan apresiasi. “Terima kasih banyak Pak. Kami ucapkan kepada Bapak Menteri. Ada perhatiannya mau memberi tenda untuk kami bernaung. Alhamdulillah dimurahkan rezekinya,” harapnya.
Pemulihan Trauma dan Harapan Lapangan Pekerjaan
Meskipun bantuan logistik dan makanan sudah tercukupi, tantangan terbesar saat ini adalah pemulihan trauma psikologis dan kekhawatiran akan masa depan mata pencaharian
Isman menyebutkan bahwa warga masih mengalami trauma, bahkan banyak yang enggan kembali ke desa untuk melihat rumah mereka karena sudah melihat kondisi di media sosial. Beliau mencontohkan, anak beliau sendiri yang duduk di kelas 1 SD masih ketakutan dan menangis jika turun hujan.
Sementara itu, harapan besar warga lainnya adalah ketersediaan tempat tinggal tetap yang layak serta bantuan untuk memulihkan usaha pertanian mereka. “Lahan-lahan persawahan kami sudah habis total, ditimpa kayu-kayu, batu dan pasir,” jelas Kades tersebut.
Senada dengan itu, Abdul juga menggantungkan harapan besar kepada pemerintah, tidak hanya untuk perbaikan rumah, tetapi juga solusi atas hilangnya mata pencaharian mereka. Ia mengungkapkan bahwa lahan pertanian di kampungnya kini sudah tidak bisa difungsikan lagi, sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan baru menjadi kebutuhan yang sangat krusial bagi kelangsungan hidup warga.
Sementara itu, Rosmawati menutup kesaksiannya dengan pertanyaan yang menyayat hati. Di balik rasa syukurnya atas bantuan tenda dan logistik yang mengalir, terselip ketakutan besar mengenai nasib mereka setelah masa tanggap darurat usai. “Masa depan ibu ini kemana ke depannya? Itu yang paling utama. Tempat tinggalnya juga,” lirihnya sembari menatap sisa-sisa kehancuran rumahnya.
Bagi Rosmawati dan ratusan korban lainnya, tenda darurat memang menjadi pelindung sementara, namun kepastian hunian tetaplah yang akan menjawab ke mana sisa hidup mereka akan berlabuh. (RD)
Sumber : Esdm.go.id