Presiden Prabowo Resmikan Pabrik Hilirisasi Migas Terbesar di Asia Tenggara


Presiden Prabowo Resmikan Pabrik Hilirisasi Migas Terbesar di Asia Tenggara

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 084.Pers/04/SJI/2025

Tanggal: 6 November 2025

Presiden Prabowo Resmikan Pabrik Hilirisasi Migas Terbesar di Asia Tenggara

Setelah melalui proses panjang dan upaya terukur serta berkelanjutan guna memperkuat industri nasional serta kemandirian energi, Pemerintah akhirnya menuntaskan salah satu tonggak penting program hilirisasi minyak dan gas bumi (migas). Sebuah pabrik petrokimia terintegrasi kini berdiri di Cilegon, Banten. Bukti bahwa keberhasilan Indonesia mengolah kekayaan sumber daya alamnya sendiri.

Keberhasilan ini menjadi cerminan nyata dari arah kebijakan pemerintah yang menjadikan hilirisasi sebagai prioritas utama dalam program Asta Cita. Komitmen tersebut secara konkret diwujudkan lewat peresmian Pabrik New Ethylene Project milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) oleh Presiden Prabowo Subianto, didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, di Cilegon, Kamis (6/11).

Presiden Prabowo menegaskan bahwa kehadiran investasi dan program hilirisasi dapat membantu mendorong pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Hari ini, Lotte, perusahaan salah satu terbesar di dunia, mungkin asetnya USD100 miliar dan mereka investasi di kita sebesar Rp65 triliun. Terima kasih, saya bangga. Mudah-mudahan Saudara di sini berhasil. Kita wajib mengamankan, menjaga semuanya karena ini membawa manfaat sangat besar bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia,” ujar Prabowo.

Proyek yang mulai digagas sejak 2016 ini menghabiskan investasi sekitar USD3,9 miliar atau sekitar Rp62,4 triliun. Proyek ini menandai hadirnya kembali pembangunan kompleks Naphtha Cracker di Indonesia setelah sekitar 30 tahun.

Sempat mangkrak selama 5 tahun, namun berkat inisiatif dan terobosan dari Menteri Bahlil yang kala itu menjabat sebagai Menteri Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kendala terkait proses penyediaan lahan akhirnya bisa diselesaikan. Demikian pula halnya dengan kemudahan investasi, mulai dari penyederhanaan perizinan hingga pemberian insentif yang kompetitif.

Hingga akhirnya pada April 2022 proses pembangunan pabrik berhasil dimulai dan bisa beroperasi sejak Oktober 2025. Ketika berproduksi penuh, fasilitas ini diperkirakan menghasilkan 15 produk petrokimia hilirisasi migas senilai sekitar USD2 miliar per tahun, terdiri atas USD1,4 miliar substitusi impor dan USD600 juta tambahan ekspor, sehingga turut memperkuat neraca perdagangan sektor industri kimia nasional.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa fasilitas ini merupakan yang terbesar di kawasan Asia Tenggara dan akan memproduksi etilena, propilena, beserta berbagai produk turunannya, bahan baku penting bagi banyak industri domestik.

“Kalau dalam kurs sekarang sudah mencapai sekitar Rp63-64 triliun, dan menjadikannya salah satu investasi petroleum terbesar di Asia Tenggara. Jadi proyek ini terbesar di Asia Tenggara, mereka punya juga ada Lotte di Malaysia, tapi di sini yang paling besar,” ujar Bahlil.

Dari sisi lapangan kerja, proyek ini memberikan dampak signifikan. Selama tahap konstruksi dan operasional diperkirakan menyerap sekitar 40 ribu tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung.

Kehadiran pabrik diharapkan mengurangi ketergantungan impor produk petrokimia yang selama ini mencapai sekitar 50 persen, sekaligus memperkuat ketersediaan bahan baku industri hilir dalam negeri.

Chairman LOTTE Group Shin Dong-bin memandang proyek ini sebagai simbol kemitraan strategis antara Korea Selatan dan Indonesia serta fondasi untuk memperkuat daya saing industri petrokimia tanah air.

“Proyek ini merupakan salah satu investasi terbesar perusahaan Korea di Indonesia, melambangkan kemitraan yang kuat antara kedua negara, serta akan menjadi fondasi penting untuk memperkuat industri petrokimia Indonesia dan daya saing nasionalnya,” ungkapnya.

PT LCI menjadi fasilitas hilirisasi migas kedua di Indonesia yang mencapai tahap industri petrokimia terintegrasi sejak pembangunan Petrochemical Complex Chandra Asri sekitar tiga dekade lalu. Dengan diresmikannya pabrik New Ethylene Project melalui proyek hilirisasi, Pemerintah berupaya agar kekayaan alam Indonesia tidak lagi berhenti pada ekspor bahan mentah, tetapi diolah menjadi produk bernilai tinggi yang memperkuat ekonomi nasional.

Plt. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Hariyanto

Sumber : Esdm.go.id

Anda Juga Mungkin Menyukai