Indonesia Bersiap Menjadi Hub Energi ASEAN

Indonesia Bersiap Menjadi Hub Energi ASEAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 081.Pers/04/SJI/2025

Tanggal: 17 Oktober 2025

Indonesia Bersiap Menjadi Hub Energi ASEAN

Kebutuhan energi listrik di negara-negara Asia Tenggara diproyeksikan akan meningkat di tahun-tahun mendatang, karena itu dibutuhkan kerja sama terkait interkoneksi kelistrikan antarnegara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Indonesia juga berkomitmen untuk menyukseskan kerja sama yang dinamakan ASEAN Power Grid (APG) ini. Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot, Indonesia harus siap berperan sebagai negara penghubung (hub) energi di kawasan ASEAN.

“Adanya integrasi antar grid di ASEAN, dari sisi petanya kita sudah melihat bahwa ini bisa dilakukan karena kebutuhan energi untuk ASEAN ke depan itu akan terjadi peningkatan. Dengan peningkatan signifikan, Indonesia harus siap menjadi hub energi untuk ASEAN,” ujar Yuliot usai gelaran 43rd ASEAN Minister on Energy Meeting (AMEM) & Associated Meeting di Kuala Lumpur Malaysia, Kamis (16/10).

Indonesia sebenarnya sudah melakukan kerja sama interkoneksi kelistrikan dengan Malaysia. Impor listrik dari Malaysia sudah dilakukan untuk daerah di Pulau Kalimantan yang berdekatan dengan perbatasan kedua negara. Yuliot mengatakan total impor energi listrik dari Malaysia sekitar 200 megawatt (MW). “Ini kan sudah berjalan dan juga ini lagi perpanjangan perizinan dan itu juga kita lakukan fasilitasi,” terangnya.

Yuliot juga menyatakan bahwa integrasi kelistrikan di negara ASEAN akan didukung melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), di mana dalam sepuluh tahun ke depan akan dibangun 48.000 kilometer sirkuit (kms) jaringan transmisi. Ini merupakan kebutuhan jaringan transmisi untuk nasional dan juga integrasi dengan ASEAN.

Untuk kerja sama Power Grid, Pemerintah telah memetakan peluang investasi sebesar Rp600 triliun, yang tidak hanya datang dari sektor Pemerintah namun juga sektor swasta.

“Kebutuhan investasi kita sudah petakan, total investasi yang dibutuhkan sekitar 600 triliun rupiah. Itu tentu bukan hanya dari Pemerintah tetapi juga bagaimana kita mendorong swasta untuk bisa berinvestasi juga di national grid dan juga bagaimana integrasi antar ASEAN. Jadi ini kita membuka peluang investasi untuk itu,” ujarnya.

Sementara, pada intervensi Indonesia di 43rd AMEM, Yuliot menyampaikan bahwa transisi energi di kawasan Asia Tenggara harus dijalankan dengan adil, teratur, dan inklusif, dengan mempertimbangkan kondisi nasional negara-negara anggota ASEAN. Kondisi lintas sektoral, antara energi, ekonomi, dan lingkungan, akan sangat penting untuk memastikan bahwa kebijakan energi Indonesia selaras dan mendukung ASEAN Community Vision 2045.

“Indonesia juga mendorong upaya transisi energi yang terus memprioritaskan ketahanan dan keterjangkauan energi, di samping keberlanjutan. Sehingga tidak ada negara anggota yang tertinggal,” sambungnya.

Sebagai informasi, di bawah kepemimpinan Malaysia AMEM ke-43 telah berhasil mencapai berbagai Capaian Prioritas ekonomi 2025, termasuk sejumlah inisiatif penting. Seperti, Pengesahan Nota Kesepahaman yang disempurnakan tentang Jaringan Listrik ASEAN (APG), bertujuan memperkuat interkoneksi regional.

Plt. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Hariyanto

Sumber : Esdm.go.id

Anda Juga Mungkin Menyukai