Presscorner.id — Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) menggagas program inovatif bertajuk “Bermalam di Desa” sebagai bentuk komitmen menjangkau masyarakat pelosok secara langsung. Program ini dilaksanakan bekerja sama dengan Polres Sidrap dan Indonesia Off-road Federation (IOF) Sidrap, Sabtu–Ahad, 5–6 Juli 2025.
Pada episode perdananya, program ini menyasar tiga desa terjauh di wilayah Sidrap, yakni Buntu Buanging, Belawae, dan Dengeng-dengeng. Tiga wilayah tersebut dikenal memiliki aksesibilitas yang masih terbatas dan memerlukan perhatian serius dari pemerintah.
Rombongan peserta terbagi dalam dua jalur dengan medan dan tantangan berbeda.
Rombongan I dipimpin langsung oleh Bupati Sidrap, H. Syaharuddin Alrif, bersama Kapolres Sidrap, AKBP Fantry Taherong, sejumlah pejabat utama Polres, para kepala OPD, dan komunitas IOF. Mereka menempuh jalur ekstrem dengan kendaraan off-road melalui rute Pangkajene–Compong–Lombok–Dengeng-dengeng.
Rombongan II yang dipimpin oleh Wakil Bupati Sidrap, Hj. Nurkanaah, bersama Pj. Sekretaris Daerah, Andi Rahmat Saleh, serta beberapa kepala OPD lainnya, menempuh jalur normal melalui Pangkajene–Anabanua (Kabupaten Wajo)–Bulete–Dengeng-dengeng.
Kedua rombongan dijadwalkan bertemu di Puncak Punjabu, Desa Buntu Buanging, sekitar pukul 17.00 Wita. Setelah beristirahat dan melaksanakan ibadah serta makan malam bersama warga, kegiatan dilanjutkan dengan dialog terbuka bersama masyarakat, tokoh masyarakat, dan kelompok tani setempat.
Dialog ini menjadi wadah strategis untuk menyerap aspirasi, keluhan, dan harapan masyarakat secara langsung kepada pemerintah daerah.
Dalam sambutannya, Bupati Syaharuddin Alrif menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur, khususnya akses jalan menuju tiga desa tersebut, menjadi prioritas utama Pemkab Sidrap.
“Kami komitmen untuk menuntaskan pembangunan jalan yang menjadi harapan utama masyarakat di tiga desa ini,” tegas Bupati Syaharuddin.
Program “Bermalam di Desa” bukan sekadar kunjungan seremonial, tetapi wujud nyata sinergi antara pemerintah daerah, aparat keamanan, dan komunitas pecinta alam dalam membangun pendekatan yang lebih humanis, inklusif, dan partisipatif dengan masyarakat di daerah tertinggal.
Selain berdialog, kegiatan ini juga mencakup penyaluran bantuan sosial, pendampingan teknis, serta pemetaan kebutuhan prioritas pembangunan di tingkat desa. (*)